Kamis, 27 Oktober 2016

Tradisi Roti Buaya Saat Gelar Pernikahan



Roti Buaya merupakan sebuah roti yang dipakai dalam seserahan upacara pernikahan adat Betawi berupa sepasang roti buaya. Bagi orang Betawi, merupakan penghormatan atas kesaktian buaya, yang diartikan bukan dalam wujud fisik tetapi siluman yang dipuja. Dengan persembahan sepasang roti buaya maka dianggap perkawinan itu mendapat perlindungan dari kekuatan-kekuatan gaib.
Sepasang roti buaya adalah persembahan mempelai pria kepada mempelai wanita. Buaya putih adalah konsep dunia mitos Betawi, merupakan hewan mistis penunggu sungai yang dianggap keramat. Sepasang roti buaya memiliki simbol kekuatan spiritual yang melindungi pasangan yang menikah itu.
Masuknya buaya (putih) dalam dunia mitos Betawi, merupakan pengaruh kuat dari kebudayaan orang Dayak dan Melayu Kalimantan Barat. Kebiasaan mereka inilah kemudian menjadi komponen utama yang menurunkan orang Betawi untuk mengenal budayanya. Pengembangan konsep ini adalah orang Betawi tidak mensucikan buaya sebagai hewan ma'ujud tetapi yang dihormati adalah buaya siluman yang warnanya putih.
Selain itu, buaya termasuk hewan perkasa dan dipercaya mampu hidup di dua alam. Ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh dan mampu bertahan hidup di mana dan dalam kondisi apa saja. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya tak lain adalah kesetiaan dalam menjalani kehidupan berumah tangga sampai beranak cucu.
Menurut H. Mirod Syahrudin, ketua Kumbesi (Kumpulan Betawi Bekasi) mengatakan, masyarakat Betawi meyakini perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya secara turun temurun. Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.
Budaya yang sangat unik dengan berbagai macam makanan berbentuk roti buaya inilah membuatku menaruh teka-teki besar tentang kebiasaan tersebut yang diawali menjelang pernikahan. Banyak tetangga sekitarku yang kebetulan asli dari Betawi mengajarkanku dan memberitahu pengetahuan tentang budaya tersebut.
Bahrul Ulum, salah satunya, mengatakan bahwa roti buaya memiliki makna sebagai lambang kemapanan, karena ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas. Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum nikah, hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa “tertular” dan segera mendapatkan jodoh.

1 komentar: