Roti Buaya merupakan sebuah roti
yang dipakai dalam seserahan upacara pernikahan adat Betawi berupa sepasang
roti buaya. Bagi orang Betawi, merupakan penghormatan atas kesaktian buaya,
yang diartikan bukan dalam wujud fisik tetapi siluman yang dipuja. Dengan
persembahan sepasang roti buaya maka dianggap perkawinan itu mendapat
perlindungan dari kekuatan-kekuatan gaib.
Sepasang roti buaya adalah
persembahan mempelai pria kepada mempelai wanita. Buaya putih adalah konsep
dunia mitos Betawi, merupakan hewan mistis penunggu sungai yang dianggap
keramat. Sepasang roti buaya memiliki simbol kekuatan spiritual yang melindungi
pasangan yang menikah itu.
Masuknya buaya (putih) dalam dunia
mitos Betawi, merupakan pengaruh kuat dari kebudayaan orang Dayak dan Melayu Kalimantan
Barat. Kebiasaan mereka inilah kemudian menjadi komponen utama yang menurunkan
orang Betawi untuk mengenal budayanya. Pengembangan konsep ini adalah orang
Betawi tidak mensucikan buaya sebagai hewan ma'ujud tetapi yang dihormati
adalah buaya siluman yang warnanya putih.
Selain itu, buaya termasuk hewan
perkasa dan dipercaya mampu hidup di dua alam. Ini juga bisa dijadikan lambang
dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh dan mampu bertahan hidup di mana
dan dalam kondisi apa saja. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina
ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di
samping. Maknanya tak lain adalah kesetiaan dalam menjalani kehidupan berumah
tangga sampai beranak cucu.
Menurut H. Mirod Syahrudin, ketua
Kumbesi (Kumpulan Betawi Bekasi) mengatakan, masyarakat
Betawi meyakini perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya secara turun temurun. Selain terinspirasi perilaku
buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu
juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga
menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia,
pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup
mapan.
Budaya yang sangat unik dengan
berbagai macam makanan berbentuk roti buaya inilah membuatku menaruh teka-teki besar
tentang kebiasaan tersebut yang diawali menjelang pernikahan. Banyak tetangga
sekitarku yang kebetulan asli dari Betawi mengajarkanku dan memberitahu
pengetahuan tentang budaya tersebut.
Bahrul Ulum, salah satunya,
mengatakan bahwa roti buaya memiliki makna sebagai lambang kemapanan, karena
ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas. Pada saat
selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum
nikah, hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa
“tertular” dan segera mendapatkan jodoh.
Info yg menarik kak
BalasHapus